Kota Makassar (Makassar dari 1971 hingga 1999 secara
resmi dikenal sebagai Ujung Pandang) adalah kota terbesar di
kawasan Indonesia Timur dan
sekaligus ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Kota ini terletak di pesisir barat daya
pulauSulawesi dan berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di
sebelah utara,Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di
sebelah selatan.
Dari aspek pembangunan dan
infrastruktur, kota Makassar tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia
dan dengan wilayah seluas 199,26 km² dan penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa, kota ini berada di
urutan kelima dalam hal jumlah penduduk setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan
Medan. Secara demografis, kota ini tergolong tipe multi etnik atau multi kultur
dengan beragam suku bangsa yang menetap di dalamnya, diantaranya yang
signifikan jumlahnya adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar,Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum
dijumpai di pelosok kota adalah Coto Makassar, Roti Maros,Jalangkote, Kue Tori, Palubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
Objek Wisata di Kota Makassar
Pantai
Losari merupakan icon Kota Makassar. Pantai ini dulunya merupakan pantai dengan
meja terpanjang di dunia, karena warung-warung tenda yang berjejer di sepanjang
tanggul pantai. Namun saat ini warung-warung tersebut telah direlokasi ke
tempat yang tidak jauh dari kawasan wisata. Pemerintah Kota Makassar telah
memperindah pantai ini dengan membuat anjungan, sehingga lebih bersih dan
nyaman untuk dikunjungi. Di sekitar pantai ini terdapat banyak kafe-kafe dan
restoran yang menyajikan makanan laut yang masih segar. Selain itu, pengunjung
juga dapat menikmati makanan khas Kota Makassar, seperti pisang epek, pisang
ijo, coto Makassar, sop konro, dan lain sebagainya. Disepanjang pantai banyak
juga terdapat penginapan, baik hotel kelas melati sampai hotel berbintang.
Terdapat juga rumah sakit dan pusat perbelanjaan emas serta kerajinan/souvenir
khas Makassar. Lokasi pantai ini terletak di Jantung Kota Makasar, yaitu di
Jalan Penghibur sebelah barat Kota Makassar.
Pulau
Samalona merupakan wilayah Kota Makassar yang luasnya sekitar 2,34 hektar.
Pulau ini merupakan salah satu objek wisata bahari yang banyak dikunjungi
wisatawan lokal maupun mancanegara. Kawasan pulau ini sangat bagus utuk
menyelam, karena di sekelilingnya terdapat karang-karang laut yang dihuni
beraneka ragam ikan tropis dan biota laut lainnya. Pulau ini berjarak sekitar
6,8 Km dari Kota Makassar yang dapat ditempuh sekitar 20 – 30 menit dengan
menggunakan speed boot. Di lokasi ini juga terdapat beberapa penginapan
sederhana berbentuk rumah panggung yang dapat menampung sekitar 20 orang.
Selain itu, tersedia juga beberapa warung makanan yang menyediakan aneka ragam
seafood segar.
Benteng
Somba Opu dibangun pada tahun 1525 oleh Sultan Gowa ke IX. Benteng ini
merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi
pedagang dari Asia dan Eropa. Pada tahun 1669, benteng ini dikuasai oleh VOC
kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Tahun 1980-an, benteng
ini ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuawan. Dan pada tahun 1990, benteng ini
direkonstruksi sehingga tampak lebih baik. Kini, Benteng Somba Opu menjadi
sebuah objek wisata bersejarah di Kota Makassar yang di dalamnya terdapat
beberapa bangunan rumah adat Sulawesi Selatan yang mewakili suku Bugis,
Makassar, Mandar, dan Toraja. Selain itu, terdapat juga sebuah meriam dengan
panjang 9 m dan berat 9.500 kg serta sebuah museum yang berisi benda-benda
bersejarah peninggalan Kesultanan Gowa.
Fort
Rotterdam ini awalnya dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa X dengan nama
Benteng Ujung Pandang. Di dalamnya terdapat rumah panggung khas Gowa di mana
Raja dan keluarganya tinggal. Pada saat Belanda menguasai are Banda dan Maluku,
mereka mutuskan untuk manaklukkan Kerajaan Gowa agar armada dagang VOC dapat
masuk dan merapat dengan mudah di Sulawesi. Dalam usahanya menaklukkan Gowa,
Belanda menyewa pasukan dari Maluku. Selama setahun lebih Benteng digempur,
akhirnya Belanda berhasil masuk serta menghancurkan rumah Raja dan seisi
Benteng. Pihak Belanda memaksa sultan Hasanuddin untuk menandatangani
Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, dimana salah satu pasal dalam perjanjian
tersebut mewajibkan Kerajaan Gowa menyerahkan Benteng kepada Belanda.
Setelah Benteng diserahkan kepada Belanda, Benteng kembali dibangun dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda kemudian namanya diubah menjadi Ford Rotterdam. Benteng ini kemudian digunakan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah di Wilayah Indonesia Timur. Pada masa penjajahan Jepang, Benteng ini difungsikan sebagai pusat studi pertanian dan bahasa. Kemudian TNI dijadikan sebagai pusat komando. Dan sekarang Benteng ini menjadi pusat kebudayaan dan seni.
Di dalam Benteng ini terdapat beberapa ruang tahanan/penjara yang slaah satunya digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Selain itu, terdapat juga sebuah gereja peninggalan Belanda dan Meseum La Galigo yang menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi. Koleksi tersebut meliputi koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi Etnografi ini terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar, da Toraja. Saat ini, selain sebagai tempat wisata bersejarah, Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan Sulawesi Selatan.
Setelah Benteng diserahkan kepada Belanda, Benteng kembali dibangun dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda kemudian namanya diubah menjadi Ford Rotterdam. Benteng ini kemudian digunakan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah di Wilayah Indonesia Timur. Pada masa penjajahan Jepang, Benteng ini difungsikan sebagai pusat studi pertanian dan bahasa. Kemudian TNI dijadikan sebagai pusat komando. Dan sekarang Benteng ini menjadi pusat kebudayaan dan seni.
Di dalam Benteng ini terdapat beberapa ruang tahanan/penjara yang slaah satunya digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Selain itu, terdapat juga sebuah gereja peninggalan Belanda dan Meseum La Galigo yang menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi. Koleksi tersebut meliputi koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi Etnografi ini terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar, da Toraja. Saat ini, selain sebagai tempat wisata bersejarah, Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan Sulawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar